Review Klotz TITANIUM - Superb Sound Quality PLUS Minimal Microphony

Dalam dunia perkabelan audio/video, performa dan nama Klotz sudah tidak terbantahkan lagi kualitasnya sejak tahun 1979. Baik di Jerman maupun perusahaan-perusahaan instalasi - rental sound system - perlengkapan multimedia kelas dunia mempercayakan performa dan konsistensi produk-produk Klotz.

Dalam dunia musik, dulu, para musisi khususnya gitaris dihadapkan pada 2 pilihan kabel untuk mengakomodasi kebutuhan mereka; yaitu great sound atau low cable microphony. Mungkin termasuk Anda. Tapi saat ini, Klotz TITANIUM menggaransi mampu mengakomodasi keduanya; Superb Sound Quality PLUS Minimal Microphony dalam satu kabel!


Spesifikasi

  • Ultra-low capacitance (75 pF/m)
  • High-quality 99.95 cent copper conductor
  • foamed PE insulation
  • Separating layer to optimize signal
  • highly conductive PE screen
  • spiral shield of ultra-fine copper wire
  • abrasion-resistance highly flexible outer jacket.


Klotz benar-benar berhasil membuat terobosan baru yang revolusioner dalam hal design maupun teknologi. Dengan konduktor tembaga berkualitas tinggi (99,95%) dan ultra-low capacitance 75 pF/m, Klotz TITANIUM tidak hanya memastikan sinyal dan tone yang superb; tetapi juga sangat rigid dan tangguh dalam mengeliminasi subsonic noise, motion noise serta berbagai interference. Dengan kemampuan tersebut, ditambah konektor Neutrik 2p, 6,35 mm (terdapat pilihan silentPLUG™) yang dikombinasikan dengan reputasi dan pengalaman yang dimiliki Klotz dalam teknologi kabel selama bertahun-tahun, membuat kabel ini benar-benar unik dan special.


SilentPLUG™ adalah sebuah teknologi pada konektor yang memiliki kemampuan switched ON ketika dicolokkan dan swithed OFF (mute signal) pada saat konektor dilepas dari gitar, secara otomatis. Pada kabel dan konektor pada umumnya, pada saat konektor di unplugged dari gitar pada posisi ampli masih ON, akan terdengar lagi suara noise atau hum. Dengan SilentPLUG™Jadi Anda tidak perlu mengecilkan volume atau memencet fitur stand by pada ampli. Cukup lepas konektor, maka SilentPLUG™ akan bekerja dengan sendirinya me-mute suara 'ribut' pada ampli.

Kabel ini diproduksi di Jerman. Setiap kabel melewati serangkaian test sebelum diantar ke pemakai. Salah satunya adalah metode battery test untuk memastikan kabel dapat menghantarkan sinyal dengan baik. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Itulah kenapa Klotz sangat percaya diri menggaransi setiap pemakai TITANIUM dengan garansi seumur hidup!

Kabel premade ini memiliki alternatif panjang 3 meter, 4,5 meter, 6 meter dan 9 meter. Akan tetapi yang masuk ke Indonesia ukuran 3 meter dan 6 meter. Pasti sudah pada tahu khan, semakin panjang kabel semakin banyak sinyal yang di ”korupsi” (signal loss) dan semakin menurunkan clarity sinyal yang dibawa.


Summary
Dengan material konduktor berkualitas tinggi dan capacitance yang rendah, Klotz TITANIUM yang tergolong high-end premade cable ini memiliki transparansi sinyal yang maksimum, akan tetapi memiliki kemampuan meng-kompres pada level ultra rendah! Hasilnya, sound yang dihasilkan benar-benar outstanding!

Review ini disadur dari Blog Kairos Multi Jaya

Audio-Technica ATH-M70x Review

Pada kesempatan ini saya akan membahas lagi produk-produk Audio-Technica, terutama Headphones.

Awal post yang lalu, saya berkesempatan untuk mencoba headphone Audio-Technica seri terbaru untuk pertama kalinya, ATH M70x (gress.... baru datang dari pabrik). Sebenarnya yang saya tunggu-tunggu adalah saudara kembarnya: ATH R70x open-back. Tapi karena masih belum datang, mari ikuti saya mencoba kemampuan saudara kembarnya (ATH-M70x red).



Begitu membuka box-nya, saya langsung disuguhkan dengan headphone bag warna hitam yang cocok untuk dibawa-bawa ataupun untuk ditaruh didalam tas. Isi bag-nya, tentu saja ATH-M70x! plus didalamnya terdapat tas kecil yang memuat semua extended cord untuk ATH-M70x, mulai dari yang pendek, sedang, sampai yang panjang.



Okay langsung saja kita review. Secara ukuran, driver di headphone ini lebih besar dari pada seri sebelum-sebelumnya, maka saya tertarik untuk mendengarkan respon di low-end nya. Playlist lagu yang saya siapkan untuk review kita kali ini adalah “Toto – I Will Remember” dan “Jennifer Warnes – Somebody, Somewhere”. Lagu-lagu tersebut memiliki low-end yang cukup rendah dan dynamic range yang bervariasi.

Dalam lagu Toto, pada awal lagu langsung terdengar respon low-end dari floor tom yang benar-benar akurat. Menurut saya headphone ini memiliki kualitas frekuensi low yang cukup flat, tidak over. Dan driver headphone ini cukup gesit dalam mengatasi perubahan transient yang cukup cepat. Detail hi hat di lagu ‘I Will Remember’ ini pun sangat pas. Hal yang sering dijumpai pada headphone yang memiliki driver besar adalah problem untuk me-reproduksi suara di frekuensi tinggi, terutama pada saat berbarengan dengan frekuensi rendah seperti di lagu Toto ini.


Pada lagu selanjutnya, Jennifer, fokus saya adalah pada vocal Jennifer yang ditemani oleh bass yang cukup dominan. Suara Jennifer ter-reproduksi dengan sangat baik. Hal ini semakin meyakinkan saya bahwa headphone ini flat. Dan sekali lagi, respon di frekuensi tinggi sangat bagus.


Untuk soal kenyamanan, ear-cups headphone ini cukup nyaman. Setelah mendengarkan banyak lagu-lagu selama 2 jam, kuping saya masih cukup nyaman. Hanya saja saya tetap harus beristirahat minimal 5 menit setelah pemakaian lebih dari satu jam. Untuk bentuk fisik yang lumayan besar, headphone ini cukup ringan. Hal lain yang patut diperhatikan adalah bleed noise dari headphone ini yang relative kecil ketika sedang dipakai.

Singkat cerita, headphone ini sudah menemani saya selama satu minggu lebih dan saya pakai untuk semua pekerjaan saya mulai untuk critical listening, mixing dan mastering, maupun untuk sekedar santai mendengarkan lagu.


Kesimpulan saya headphone ini jelas lebih premium mengungguli kakak-kakaknya; M20x, M30x, M40x dan M50x), baik dalam hal teknis maupun kualitas suaranya. Saya akan merekomendasikan M70x untuk semua pekerjaan audio yang membutuhkan respon suara yang flat dan akurat.

Review ini disadur dari Blog Kairos Multi Jaya
Yang ditulis oleh Richard Frank Taihutu


Audio Technica ATH-M70x dapat anda dapatkan di www.tokodistorsi.com dengan harga spesial

Review Singkat Audio-Technica ATH-M20x, ATH-M30x dan ATH-M40x

Pada kesempatan ini saya akan membahas lebih banyak lagi tentang Headphone dari Audio-Technica, kali ini tiga headphone sekaligus yang kita akan bahas.

Line up yang kita akan bahas adalah dari seri professional headphones Audio-Technica, studio monitoring. Line up ini baru saja menambah keluarga baru dengan dua tipe sekaligus, yaitu ATH-M70x dan ATH-R70x (yang merupakan headphone open back pertama dari Audio-Technica). Tetapi yang akan saya bahas adalah seri M20x, M30x dan M40x.

Sewaktu sedang iseng di kantor pusat Kairos, saya mendapati tiga buah headphone Audio-Technica ex-demo ini. Karena latar belakang saya di dunia recording, saya tertarik untuk membandingkan ketiganya melalui DAW.


Baiklah, secara umum yang membedakan dari ketiganya adalah frequency response-nya, ketiganya memakai driver dengan diameter yang sama 40mm dengan magnet Neodymium. Impedansi relatif sama kecuali untuk M40x (35ohm). Secara fisik tidak banyak perbedaan, hanya saja ada fitur-fitur tambahan seperti detachable cable untuk M40x, perbedaan bentuk ear pads dari ketiganya, maupun rotate-able pads.

Namun yang menjadi perhatian saya adalah sonic quality dari headphone itu sendiri, untuk itu saya akan membandingkan ketiga headphone tersebut menggunakan DAW dan playlist lagu-lagu yang sudah saya kenal betul contour dan sonic quality nya. DAW yang akan saya pergunakan adalah Presonus Studio One 2, sedangkan untuk playlist lagunya adalah Linda Ronstadt “When You Wish Upon a Star” dan “Straighten Up dan Fly Right”.

ATH-M20x

Sesaat setelah intro flute dari lagu “When You Wish Upon a Star” diputar, saya dapat langsung mendengar udara dari pemain flute tersebut. Suara Linda pun terdengar natural. Sedikit coloration di mid frequency. Low end-nya pun terdengar tidak overpowered. Kemudian di lagu “Straighten Up dan Fly Right” saya mencoba mendengar kegesitan heaphone ini di lagu yang mempunyai trasient yang cukup cepat. Hasilnya sangat memuaskan, M20x cukup gesit untuk transient cepat.

ATH-M20x

ATH-M30x

Hal yang sama juga saya dengar disini, baik di track 1 maupun track 2 saya mendengar konsistensi di low frequency-nya, namun coloration di mid frequency-nya subtle sekali. Suara vocal Linda disini menjadi lebih warm dan hi-nya pun lebih enak didengar. Begitupun di transient yang cepat, headphone ini pun cukup gesit.

ATH-M30x

ATH-M40x

Disini saya menemukan contour yang lebih flat dari kedua headphone sebelumnya. Response frequency low-nya pun lebih berasa dibanding sebelumnya. Di track 1 suara vocal Linda menjadi sangat natural dan jernih. Saya pun dapat mendengar suara flute yang lebih bright di awal intro lagu ini. Respon transient cepat di track 2 pun terasa lebih gesit dari sebelumnya, hampir seperti saya mendengarkan headphone open back. Dan ketika di putar pada gain headphone yang cukup kencang pun saya masih mendapatkan clarity yang baik.

ATH-M40x


Kesimpulan
Pada waktu melakukan test diatas, gain dari masing-masing headphone relatif sama. Maximum gain sebelumclipping pun cukup tinggi. Pada Track 2 pun ketiga headphone bekerja dengan sangat baik pada lagu ini, mengingat transient di lagu ini sangat cepat dan eksplosif di dynamic range-nya.
Saya menemukan bahwa contour frequency di ketiga headphone ini sedikit berbeda satu dengan yang lainnya, M40x yang cukup flat dibanding yang lain. Dari sini saya dapat menarik kesimpulan beberapa aplikasi yang tepat untuk masing-masing headphone tersebut.

M20x sangat cocok sekali digunakan untuk sebagai headphone monitor pada saat recording, misalnya saja untuk kebutuhan tracking vocal, karakter headphone ini sangat nyaman sekali untuk suara vocal, coloration dimid frequency ini membantu membuat vocal lebih kedepan.

Sedangkan M30x lebih fleksibel untuk digunakan sebagai headphone monitor maupun untuk critical listening pada saat mixing ataupun mastering. Respon low yang sangat enak dan tidak berlebihan, serta sedikit sekalicoloration di mid-nya.

M40x ini adalah favorit saya, dengan karakter suara yang lebih flat dan dynamic range yang besar membuat headphone ini sangat cocok digunakan pada saat mixing atau pun mastering. Oh iya, kesimpulan saya diatas bukan berarti kedua headphone sebelumnya tidak bisa digunakan untuk mixing ataupun mastering loh.Frequency response dari M20x dan M30x sudah sangat bagus untuk digunakan sebagai reference untuk mixingmaupun mastering.

Sedikit tambahan yang cukup menarik, noise bleed dari ketiga headphone ini sangat kecil sekali, dan pad-nya pun sangat nyaman untuk digunakan dan tidak sakit di telinga walaupun untuk pemakaian yang lama sekalipun.

Review ini disadur dari Blog Kairos Multi Jaya
Yang ditulis oleh Richard Frank Taihutu

Bagi anda yang sedang mencari ketiga headphone ini, anda bisa berkunjung ke toko kami di www.tokodistorsi.com dan dapatkan harga spesial dari kami :)

Quick Review Focusrite Scarlett Solo - USB Audio Interface Untuk Home Recording

Lagi.. Salah satu Brand favorit Distorsi untuk peralatan audio, Focusrite, mengeluarkan model lain untuk salah satu koleksi yang populer, Audio Inteface seri Scarlett.

Focusrite Scarlett Solo, yup.. Model Audio Interface USB ini merupakan adik dari Focusrite Scarlett 2i2. Soundcard External ini jauh lebih simple dalam fitur dan penggunaannya dibanding dengan Audio Interface lain yang ada di pasaran.

Di produk ini anda akan mendapati 1 buah XLR input dan 1 buah 1/4" input, sangat cukup sekali untuk anda yang merekam satu-persatu track (seperti yang biasa di lakukan di Studio Recording Standard), hingga untuk kamu soloist yang merekam sekaligus Vocal dan Satu buah instrument (seperti gitar atau intrument lainnya)

Scarlett Solo mempunyai output dengan jenis RCA, cocok untuk anda yang tidak membutuhan kabel panjang ke Speaker Monitor karna jenis output ini Unbalance, semakin panjang kabel yang digunakan maka semakin tinggi kemungkinan loss signal. Namun anda tidak perlu khawatir, hingga panjang kabel ke speaker 4 meter masih aman kok :)


Output yang lain adalah Headphone Out yang berada di depan agar lebih mudah diakses untuk menyolok jack headphone anda.



Kualitas Preamp? Tentu saja Focusrite tidak mau kehilangan pamor atas salah satu Brand terbaik dalam pembuatan Preamp Audio, di Scarlett Solo ini anda tetap mendapatkan Preamp yang sama dengan Audio Interface dari seri Scarlett Lainnya, yup! Anda akan mendapakan Preamp dengan kualitas yang sama dengan Focusrite Scarlett 18i20!

Fitur lainnya yaitu Power Phantom 48v untuk Microphone Condenser atau Di Box passive, Instrument - Line Switch yang disesuaikan untuk apa inputnya (Instrument untuk guitar & bass - Line untuk keyboard / synth). Juga ada HALO LED yang berguna untuk leveling input, warna hijau aman, oranye hati-hati, merah berarti peak.

Focusrite Scarlett Solo menawarkan sample rate hingga 96kHz yang sangat cukup untuk keperluan recording, bahkan biasanya studio recording standard masih menggunakan 48kHz. Juga dapat merekam 24-bit



Berikut adalah Fitur Utama dari Focusrite Scarlett Solo :
  • Focusrite preamp built-in for phantom power
  • DI/line for guitar, bass or keys
  • 24-bit resolution audio quality (sample rates up to 96kHz)
  • Dynamic range of over 105dB
  • Gain halos give you a visualization of levels
  • Direct monitor switch
  • Large volume dial on front
  • Aluminum chassis build
  • Connect via USB 2.0
  • 1 XLR, 1 1/4″ inputs
  • 1 stereo RCA, 1 1/4″ outputs
  • Frequency response: 20 Hz – 20 kHz +/-0.3 dB
  • Kensington Lock slot

Dengan fitur dan keseluruhan, Focusrite Solo sebenarnya sangat mengesankan dengan harga yang di pasarkan. Jika anda mencari Audio Interface yang basic dengan fitur lengkap, anda tidak perlu ragu dengan Soundcard External ini. Focusrite adalah Brand besar dalam dunia audio, sehingga untuk merasa kecewa akan kualitas kemungkinan sangat kecil.

Dan nilai tambahan adalah di build quality dan ukuran, Focusrite Scarlett Solo memiliki body alumunium yang sangat kokoh dan rigid, dan memiliki ukuran yang sangat baik untuk dibawa kemana-mana. Jika anda butuh Audio Interface di panggung untuk keperluan Live, Scarlett solo lah jawabannya. Anda tidak memerlukan space yang besar untuk meletakannya, juga body yang kokoh akan mengurangi ke khawatiran anda jika produk ini jatuh / terinjak di atas panggung. Anda juga tidak memerlukan Power Adaptor, tinggal colok via USB saja.

Dan yang terakhir, anda akan mendapatkan banyak software bawaan! Gratis dan original, Tinggal download dari kertas kode yang ada di dalam box.

Software yang anda dapatkan adalah :
  • Ableton Live Lite 
  • Focusrite Scarlett plug-in suite
  • Novation Bass Station plug-in – VST / AU
  • 1GB of Loopmasters samples


So, jadi untuk siapa/apa Focusrite Scarlett Solo ini? 
Soloist? yup, untuk anda yang bernyanyi sambil main gitar atau keyboard, produk ini sudah pasti pas untuk kebutuhan anda!

Producer? yup, bagi anda yang menciptakan lagu sendiri dengan merekam satu persatu track, sangat cocok.

Kalau Home Recording Sewaan? Menurut pengalaman saya, dengan fitur yang ada di Audio Interface ini, sudah sangat cukup untuk merekam lagu-lagu klien anda :)

Kalau menurut anda, cukupkah produk ini untuk kebutuhan anda? Jika tidak, silahkan untuk berkomentar di kolom komentar dibawah :)

Saat artikel ini ditulis, Harga Focusrite Scarlett Solo adalah USD104.
Jika anda mencari produk ini, dapatkan harga spesial di toko kami : http://www.tokodistorsi.com/



Analyzer untuk Mixing


Hari ini kita akan membahas beberapa analyzer yang umum digunakan ketika mixing. 

Kita mulai dari peak dan RMS meter. 

Sebelumnya mimin mau recap bedanya Peak vs RMS.

Peak = Puncak tertinggi dari suatu gelombang. Bisa dikatakan top speed kalau di kecepatan. 
RMS = lebih mengarah ke presepsi kerasnya suara yang kita dengar.

Peak meter: berfungsi untuk mengukur peak dari suatu sumber suara. 
Kegunaan dalam mixing: untuk mencegah clipping. 

RMS meter: berfungsi untuk mengukur seberapa keras sumber suara. 
Kegunaan dalam mixing: untuk mengukur seberapa keras sebuah lagu/audio.

Cara pakai: tinggal samakan antara tinggi/panjang bar dengan besaran dB. :D

 

Follower

Facebook Box

Twitter

Copyright © 2010 Distorsi All Rights Reserved
Distorsi | Toko Distorsi | Contact Us | Bonard Alfin's Blog | Merakit Quadcopter